29 WNI Dipulangkan dari Filipina karena Terlibat Judi Online dan Scam: Sebuah Realita yang Tak Bisa Diabaikan

29 WNI di Filipina Ditangkap...

JAKARTA Sebanyak 29 warga negara Indonesia akhirnya kembali menginjakkan kaki di tanah air setelah sempat ditahan oleh otoritas keamanan Filipina. Mereka ditangkap karena diduga terlibat dalam praktik judi online dan penipuan digital (online scam) yang beroperasi di kawasan Pasay City, Metro Manila.

Pemulangan dilakukan pada Sabtu malam, 29 Maret 2025, melalui Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Kabar ini dikonfirmasi langsung oleh Sekretaris NCB Interpol Divhubinter Polri, Brigjen Pol Untung Widyatmoko.

“Penjemputan ini dilakukan dalam rangka repatriasi 29 WNI bermasalah yang merupakan pekerja judi online MITOTO dan online scam. Mereka sebelumnya bekerja di perusahaan yang berlokasi di Kanlaon Tower, Manila,” ujarnya.

Bukan Cuma Data, Ini Cerita Tentang Nasib Anak Bangsa

Kisah puluhan WNI ini bukan sekadar angka atau data di laporan polisi. Di balik itu semua, ada cerita panjang soal nasib, harapan, dan pilihan hidup. Tak sedikit dari mereka yang awalnya hanya ingin mencari penghidupan yang lebih layak di luar negeri, tapi malah terjerat dalam industri abu-abu yang beroperasi di batas legalitas.

Banyak dari mereka yang awalnya dijanjikan pekerjaan “kantoran mitoto” dengan gaji besar dan fasilitas lengkap. Namun setibanya di lokasi, mereka justru diarahkan untuk bekerja sebagai operator situs judi atau bahkan bagian dari tim online scam.

Sebagian besar akhirnya sadar bahwa mereka masuk ke dalam dunia yang rumit—tak bisa keluar semudah masuknya.

“Kami akan lakukan pendalaman untuk mengetahui siapa yang benar-benar korban dan siapa yang memang terlibat aktif. Tidak semua langsung kami anggap pelaku,” tambah Untung.

Antara Tekanan Hidup dan Pilihan yang Terbatas

Tak bisa dipungkiri, tekanan hidup di tanah air sering kali jadi alasan utama banyak anak muda Indonesia mencoba peruntungan di luar negeri. Di era digital, tawaran pekerjaan online—termasuk di industri hiburan maya—terlihat menggiurkan. Apalagi dengan iming-iming gaji dolar, tempat tinggal gratis, dan lingkungan kerja yang “modern.”

Tapi, seperti kata pepatah: yang bersinar belum tentu emas. Banyak jebakan di balik layar komputer dan sistem daring yang menjanjikan cuan besar dalam waktu singkat.

“Kalau dari luar kelihatannya gampang banget. Tapi pas sudah masuk, kita kayak enggak bisa ke mana-mana. Paspor ditahan, dan sistemnya seperti militer,” ujar salah satu eks pekerja yang minta namanya disamarkan.

Saatnya Jadi Lebih Waspada, Tapi Juga Lebih Manusiawi

Pemulangan ke-29 WNI ini semestinya jadi pelajaran penting bagi banyak pihak. Bukan cuma untuk pemerintah dalam memperketat penyaluran tenaga kerja, tapi juga bagi masyarakat luas agar lebih berhati-hati menerima tawaran kerja di luar negeri—terutama yang tidak melalui jalur resmi.

Namun di sisi lain, kita juga harus bersikap lebih manusiawi. Mereka bukan sekadar pelaku, tapi juga korban dari sistem yang tak memberi banyak pilihan.

“Bukan membenarkan, tapi kadang mereka cuma anak muda yang butuh kerja, pengen bantu keluarga di kampung,” kata Arman, pegiat migran yang kerap mendampingi WNI bermasalah di luar negeri.

Kalau Memang Belum Bisa Lepas…

Bicara soal judi online memang selalu jadi topik yang kompleks. Sebagian orang berhasil keluar dan menata hidup baru. Tapi sebagian lain, terus kembali karena merasa sudah terlanjur nyaman dengan dunia itu. Apalagi kalau sudah menganggapnya sebagai bagian dari hobi atau hiburan pribadi.

Nah, kalau kamu termasuk yang “belum bisa lepas,” minimal tahu tempat dan tahu risiko. Beberapa orang yang masih memilih jalur ini biasanya lebih selektif dan memilih platform yang setidaknya punya sistem aman dan support yang baik. Salah satu yang sering disebut-sebut belakangan ini adalah Mitoto.

Bukan ajakan, bukan pembenaran, tapi kalau memang enggak bisa berhenti sekarang juga, setidaknya pilih tempat yang tidak merugikan kamu lebih jauh. Dan tetap, jangan sampai lupa tanggung jawab: ke diri sendiri, ke keluarga, dan ke masa depan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *